Friday, March 29, 2024

Teknik Budidaya Benih Kentang Bertingkat Di Kabupaten Karo : Panen Hingga 40 Ton Umbi Kentang Per Hektare

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id— Budidaya kentang bertingkat meningkatkan produksi benih. Itulah yang dirasakan penangkar benih kentang di Desa Bukit, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara, Yunus Sembiring.

Pada awal 2021 hasil panen kentang di kebun Yunus meningkat 5—10 ton per hektare (ha). Rahasianya Yunus membudidayakan kentang secara bertingkat itu. Dengan teknik konvensional, produktivitas kentang Yunus hanya 25—30 ton per ha.

Bandingkan dengan teknik bertingkat, Yunus bisa menghasilkan 35—40 ton umbi kentang per ha. Dari hasil panen itu, 60—70% termasuk kriteria benih kentang G2. Sementara sisanya 30—40% tergolong kentang konsumsi.

Yunus menjual benih Solanum tuberosum G2 seharga Rp30.000—Rp45.000 per kg. Sementara harga kentang konsumsi sekitar Rp7.000 per kg. Dengan harga benih paling murah Rp30.000 per kg dan peningkatan hasil 5 ton per ha saja, pendapatan Yunus meningkat sekitar Rp100 juta per ha per musim tanam.

Teknik budidaya yang Yunus gunakan berasal dari ide bersama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Karo untuk mencoba metode baru pada akhir 2020. “Kan kalau ditimbun tanah, di ketiak tanaman kentang muncul stolon dan keluar umbi.

“Jadi, saya timbun saja tanaman di atas mulsa. Ternyata bisa meningkatkan hasil. Terutama di usaha perbenihan kentang,” tutur petani kentang sejak 2000 itu.

Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Ir. Metehsa Karo Karo Purba, teknik budidaya kentang bertingkat cocok untuk para penangkar benih. Selama ini benih kentang berasal dari luar Karo, bahkan luar Pulau Sumatra. Hal itu membuat harga benih kentang lebih mahal karena ada tambahan biaya transportasi.

“Dengan adanya teknik bertingkat ini, saya berharap produksi benih kentang para penangkar di Karo meningkat sehingga bisa memenuhi kebutuhan benih kentang di Karo,” kata Metehsa.

Lebih lanjut ia menuturkan, teknik budidaya secara bertingkat itu cocok untuk produksi benih, bukan untuk produksi kentang konsumsi.

“Kalau untuk produksi kentang konsumsi, ya rugi. Hal itu karena bibit berupa setek yang digunakan untuk menghasilkan G2. Nah, kalau hasilnya dijual dengan harga kentang konsumsi ya rugi karena harganya jauh lebih murah dibandingkan kentang untuk benih,” kata Metehsa.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Alpukat Raril Asal Cilacap Bercita Rasa Manis Gurih dan Lembut

Trubus.id— Pehobi alpukat di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, Dian Suwardianto menemukan alpukat unggul selain alpukat bringkeng.  Alpukat itu...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img